Wednesday, April 3, 2013

Dear me

Panas terik ini bukan karena teriknya matahari ataupun bara api yang berkobar-kobar. Tak ada satupun yang tahu, hanya perkiraan buta tentang pertumbuhan cepat temperature yang kini telah berhasil membuat organ tubuh yang paling di dambakan dan di timang timang para kaum hawa bekerja keras untuk mengekskresikan sisa metabolismenya. Hal yang ganjil memang bila membiarkan benda idamannya kepanasan dan memerah. Tapi ini beda, senyuman yang dulu selalu di dambakan oleh banyak orang kini tak lagi sama, berubah drastis seperti jeruk nipis yang dengan cepat mengubah lakmus biru menjadi lakmus merah. Begitu anehnya bukan kepalang, sang gadis kini merindukan kehangatan di tengah kepanasan. Hanya itu, cukup perjuangan selama ini yang tak berhasil. Saatnya berpikir kancil bekerja cerdas bukan bekerja keras. Berlembar lembar soal kalkuluspun tak jadi patokan orang itu menjadi sepandai burung yang tak pernah jatuh saat terbang, sia sia. Ungkapan lebih dari ungkapan manis. Mengikuti alunan jantung yang terus berdetak membuatku terbiasa dengan irama tak teratur yang tercipta. Yakinkanlah si kecil itu bahwa pohon mangga asam tak selalu berbuah asam, kadang akan tumbuh embrio buah yang begitu manis di pandang dari hati meski tetap asam untuk di rasakan di lidah.
Ya, cukup untuk memikirkan masa depan mulai sekarang.
Life must go on, not go down :))

No comments:

Post a Comment

Wednesday, April 3, 2013

Dear me

Panas terik ini bukan karena teriknya matahari ataupun bara api yang berkobar-kobar. Tak ada satupun yang tahu, hanya perkiraan buta tentang pertumbuhan cepat temperature yang kini telah berhasil membuat organ tubuh yang paling di dambakan dan di timang timang para kaum hawa bekerja keras untuk mengekskresikan sisa metabolismenya. Hal yang ganjil memang bila membiarkan benda idamannya kepanasan dan memerah. Tapi ini beda, senyuman yang dulu selalu di dambakan oleh banyak orang kini tak lagi sama, berubah drastis seperti jeruk nipis yang dengan cepat mengubah lakmus biru menjadi lakmus merah. Begitu anehnya bukan kepalang, sang gadis kini merindukan kehangatan di tengah kepanasan. Hanya itu, cukup perjuangan selama ini yang tak berhasil. Saatnya berpikir kancil bekerja cerdas bukan bekerja keras. Berlembar lembar soal kalkuluspun tak jadi patokan orang itu menjadi sepandai burung yang tak pernah jatuh saat terbang, sia sia. Ungkapan lebih dari ungkapan manis. Mengikuti alunan jantung yang terus berdetak membuatku terbiasa dengan irama tak teratur yang tercipta. Yakinkanlah si kecil itu bahwa pohon mangga asam tak selalu berbuah asam, kadang akan tumbuh embrio buah yang begitu manis di pandang dari hati meski tetap asam untuk di rasakan di lidah.
Ya, cukup untuk memikirkan masa depan mulai sekarang.
Life must go on, not go down :))

No comments:

Post a Comment